Masa Kemunduran Islam (1250 -1500 M)
- Bangsa Mongol dan Dinasti IlkhanPada tahun 565 H/1258 M, tentara
Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad.
Khalifah Al-Mu’tashim betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu membendung “topan”
tentara Hulagho Khan. Kota Baghdad dihancurkan rata dengan tanah, dan Hulagho
Khan menancapkan kekuasaan di Banghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan
gerakan ke Syiria dan Mesir.
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan
saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari
masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat
kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu
pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin
Hulagu Khan tersebut.
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang
membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan
Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan,
yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera itu melahirkan
dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhan,
yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di kemudian hari.
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol
tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat lain, menggembala kamhing dan hidup dari hasil buruan. Mereka
juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit
binatang dengan binatang yang lain, baik di antara sesama mereka maupun dengan
hangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka. Sebagaimana umumnya hangsa
nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan
berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan tetapi, mereka sangat
patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (Syamanism),
menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit.
Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa
kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. la herhasil menyatukan 13 kelompok suku yang
ada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, puteranya, Timujin yang masih berusia
13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha memperkuat
angkatan perangnya dengan menyatukan hangsa Mongol dengan suku bangsa lain
sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada tahun 1206 M, ia
mendapat gelar Jengis Khan, Raja Yang Perkasa. la menetapkan suatu undang-undang
yang disebutnya Alyasak atau Alyasah, untuk mengatur kehidupan rakyatnya.
Wanita mempunyai kewajiban/yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran.
Pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok besar dan kecil, seribu, dua
ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan.
Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat di bidang militer.
Setelah pasukan perangnya terorganisasi dengan haik, Jengis Khan
berusaha memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan penaklukan terhadap
daerah-daerah lain. Serangan pertama diarahkan ke kerajaan Cina. la herhasil
menduduki Peking tahun 1215 M. Sasaran selanjutnya adalah negeri-negeri Islam.
Pada tahun 606 H/1209 M, tentara Mongol keluar dari negerinya dengan tujuan
Turki dan Ferghana, kemudian terus ke Samarkand. Pada mulanya mereka mendapat
perlawanan berat dari penguasa Khawarizm, Sultan Ala al-Din di Turkistan.
Pertempuran berlangsung seimbang. Karena itu, masing-masing kembali ke
negerinya. Sekitar sepuluh tahun kemudian mereka masuk Bukhara, Samarkand,
Khurasan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai ke perbatasan Irak. Di Bukhara, ibu
kota Khawarizm, mereka kembali mendapat perlawanan dari Sultan Ala al-Din,
tetapi kali ini mereka dengan mudah dapat mengalahkan pasukan Khawarizm, Sultan
Ala al-Din tewas dalam pertempuran di Mazindaran tahun 1220 M. la digantikan
oleh puteranya, Jalal al-Din yang kemudian melarikan diri ke India karena
terdesak dalam pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M. Dari sana pasukan
Mongol terus ke Azerbaijan: Di setiap daerah yang dilaluinya, pembunuhan
besar-besaran terjadi. Bangunan-bangunan indah dihancurkan sehingga tidak
berbentuk lagi, demikian juga isi bangunan yang sangat bernilai sejarah.
Sekolah-sekolah, mesjid-mesjid dan gedung-gedung lainnya dibakar.
Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jengis Khan membagi wilayah
kekuasaannya menjadi empat bagian kepada empat orang puteranya, yaitu Juchi,
Chagatai, Ogotai dan Tuli. Chagatai berusaha menguasai kembali daerah-daerah
Islam yang pemah ditaklukkan dan berhasil merebut Illi, Ferghana, Ray, Hamazan,
dan Azerbaijan. Sultan Khawarizm, Jalal al-Din berusaha keras membendung
serangan tentara Mongol ini, namun Khawarizm tidak sekuat dulu. Kekuatannya
sudah banyak terkuras dan akhirnya terdesak. Sultan melarikan diri. Di sebuah
daerah pegunungan ia dibunuh oleh seorang Kurdi. Dengan demikian, berakhirlah
kerajaan Khawarizm. Kematian Sultan Khawarizmsyah itu membuka jalan bagi
Chagatai untuk melebarkan sayap kekuasaannya dengan lebih leluasa.
Saudara Chagatai, Tuli Khan menguasai Khurasan. Karena
kerajaan-kerajaan Islam sudah terpecah belah dan kekuatannya sudah lemah. Tuli
dengan mudah dapat menguasai Irak. la meninggal tahun 654 H/1256 M, dan
digantikan oleh puteranya, Hulagu Khan.
Pada tahun 656 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar
200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah al-Mu'tashim, penguasa
terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak mampu
membendung "topan" tentara Hulagu Khan. Pada saat yang kritis
tersebut, wazir khilafah Abbasiyah. Ibn al-' Alqami ingin mengambil kesempatan
dengan menipu khalifah. la mengatakan kepada khalifah. "Saya telah menemui
mereka untuk perjanjian damai. Raja (Hulagu Khan) ingin mengawinkan anak
perempuannya dengan Abu Bakr. putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan
akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan,
sebagaimana kakek- kakekmu terhadap sultan-sultan Seljuk.
Khalifah menerima usul itu. la keluar bersama beberapa orang
pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya
untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu
kepada para panglimanya. Kebe- rangkatan khalifah disusul oleh para pembesar
istana yang terdiri dari ahli fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi,
sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan
wazirya temyata tidak benar. Mereka semua. termasuk wazir sendiri. dibunuh
dengan leher dipancung secara bergiliran. Dengan pembunuhan yang kejam ini. berakhirlah
kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan
tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut.
Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di
Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir. Dari
Baghdad pasukan Mongol menyeberangi sungai Euphrat menuju Syria, kemudian
melintasi Sinai, Mesir. Pada tahun 1260 M mereka berhasil menduduki Nablus dan
Gaza. Panglima tentara Mongol, Kitbugha, mengirim utusan ke Mesir meminta
supaya Sultan Qutuz yang menjadi raja kerajaan Mamalik di sana menyerah.
Permintaan itu ditolak oleh Qutuz, bahkan utusan Kitbugha dibunuhnya.
Tindakan Qutuz ini menimbulkan kemarahan di kalangan tentara
Mongol. Kitbugha kemudian melintasi Yordania menuju Galilie. Pasukan ini
bertemu dengan pasukan Mamalik yang dipimpin langsung oleh Qutuz dan Baybras di
' Ain Jalut. Pertempuran dahsyat terjadi, pasukan Mamalik berhasil
menghancurkan tentara Mongol, 3 September 1260 M.
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya
diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada
Hulagu. Daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang ter1etak antara
Asia Kecil di barat dan India di timur, dengan ibukotanya Tabriz. Umat Islam,
dengan demi dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang beragama Syamanism.
Hulagu meninggal tahun 1265 M dan diganti oleh anaknya, Abaga ( 1265-1282 M)
yang masuk Kristen. Baru rajanya yang ketiga, Ahmad Teguder ( 1282-1284M), yang
masuk Islam. Karena masuk Islam, Ahmad Teguder ditantang oleh pembesar-
pembesar kerajaan yang lain. Akhimya, ia ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang
kemudian menggantikannya menjadi raja (1284-1291 M). Raja dinasti Ilkhan yang
keempat ini sangat kejam terhadap umat Islam. Banyak di antara mereka yang
dibunuh dan diusir .
Selain Teguder, Mahmud Ghazan ( 1295-1304 M), raja yang ketujuh,
dan raja-raja selanjutnya adalah pemeluk agama Islam. Dengan masuk Islamnya
Mahmud Ghazan -sebelumnya beragama Budha, Islam meraih kemenangan yang sangat
besar terhadap agama Syamanisme. Sejak itu pula orang-orang Persia mendapatkan
kemerdekaannya kembali .
Berbeda dengan raja-raja sebelumnya, Ghazan mulai memperhatikan
perkembangan peradaban. la seorang pelindung ilmu pengetahuan dan sastera. la
amat gemar kepada kesenian terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan alam
seperti astronomi, kimia, mineralogi, metalurgi dan botani. la membangun
semacam biara untuk para darwis, perguruan tinggi untuk mazhab Syafi'i dan Hanafi,
sebuah perpustakaan, observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya. la wafat
dalam usia muda, 32 tahun, dan digantikan oleh Muhammad Khudabanda Uljeitu
(1304-1317 M), seorang penganut syi'ah yang ekstrem. la mendirikan kota raja
Sultaniyah, dekat Zan jan. Pada masa pemerintahan Abu Sa' id ( 1317-1335 M),
pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat
menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka.
Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu
Sa'id. Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya, mereka semua
ditaklukkan oleh Timur Lenk.
Show
0 Comments
prev
next